Rujukan Nasional | 2 Agustus 2017 10:02

Implant Cochlear

Cochlear implant (implan koklea / rumah siput) adalah alat bantu dengar yang ditanam di bawah kulit kepala melalui tindakan operasi. Alat ini diperlukan oleh pasien anak atau dewasa dengan tuli sensorineural derajat berat hingga sangat berat pada kedua telinga dan sudah tidak mendapatkan manfaat menggunakan alat bantu dengar konvensional. Namun, dengan adanya perkembangan di bidang habilitasi dan rehabilitasi fungsi pendengaran, maka implan koklea dipasangkan pada kasus-kasus gangguan pendengaran yang lain, contohnya:

  1. Pasien dengan gangguan pendengaran satu sisi (single sided deafness).
  2. Pasien penderita tuli mendadak yang tidak dapat lagi dilakukan terapi konservatif.
  3. Pasien presbiakusis pada orang tua yang tidak mendapat manfaat dengan alat bantu dengar konvensional.
  4. Pasien yang menderita tuli sensorineural (saraf) akibat penyakit-penyakit lain maupun trauma.

Prosedur operasi implantasi koklea melibatkan multi disiplin ilmu. Tahapan implantasi koklea diawali dengan proses kandidasi yang bertujuan menentukan apakah pasien secara medis memenuhi syarat untuk mendapatkan alat bantu dengar implan koklea.

Dalam era globalisasi dan proses internasionalisasi serta adanya tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan berkualitas khususnya di bidang Ilmu Penyakit THT,kualitas lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam bidang ilmu THT  harus diakui secara nasional dan mempunyai kompetensi bertaraf internasional.
Untuk mencapai hal ini  Kurikulum Pendidikan Dokter maupun Dokter Spesialis di Departemen THT  harus memiliki materi akademik dan materi profesi.Selain itu diperlukan tenaga kesehatan profesional yang didukung oleh penguasaan ilmu dan teknologi kedokteran yang baik.
Departemen THT FKUI memiliki visi pada tahun 2012 dapat menghasilkan lulusan dokter maupun dokter spesialis THT yang mempunyai kemampuan profesional bersifat internasional dan dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat berlandaskan perkembangan mutakhir ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berdasarkan bukti (evidence based medicine).

Sedangkan misi untuk mewujudkan visi tersebut adalah meningkatkan inovasi pembelajaran peserta program untuk mencapai kompetensi yang dapat meningkatkan efektifitas pelayanan,mampu menjadi pakar dalam bidang THT serta mampu belajar secara berkesinambungan dan siap mengikuti pendidikan kedokteran dan pengembangan profesi berkelanjutan.
Kompetensi yang harus dikuasai oleh lulusan dokter spesialis THT FKUI tidak bersifat spesialistik saja tetapi harus menguasai kompetensi dasar,dan ini dapat dipenuhi dengan profesionalisme yang tinggi dengan pendekatan Ilmu Kedokteran Berbasis Bukti (Evidence Based Medicine).

Oleh karena itu lulusan dokter dan dokter spesialis THT FKUI tidak hanya sebagai tenaga profesional saja dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat tetapi harus dapat menjadi  seorang peneliti dan tenaga pendidik.
Tujuan Program Pendidikan Profesi Dokter dan dokter Spesialis Ilmu Penyakit THT FKUI adalah menghasilkan dokter dan dokter spesialis THT  yang mempunyai kompetensi profesional baik  sebagai seorang dokter umum maupun sebagai seorang dokter spesialis THT sehingga mampu memberikan pelayanan kesehatan  yang bertaraf internasional serta memiliki kompetensi akademik sehingga  mampu meneliti,mengembangkan dan menyebarkan Ilmu Penyakit THT sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan ditunjang oleh penguasaan Ilmu Kedokteran Dasar yang baik.

Pelayanan implan koklea di RSCM meliputi pemeriksaan pasien pada tahap kandidasi di rawat jalan, perawatan rawat inap pra dan pasca operasi, pelayanan kamar bedah, dan prosedur habilitasi/rehabilitasi di rawat jalan. Pelayanan multi disiplin implan koklea meliputi Departemen THT-KL, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Departemen Neurologi, Departemen Psikiatri, Departemen Radiologi, dan Departemen Anestesi.

Pelayanan yang dilakukan oleh Departemen THT-KL mencakup pemeriksaan pada tahap kandidasi, tindakan bedah, dan proses habilitasi/rehabilitasi pasca operasi. Pemeriksaan pada tahap kandidasi mencakup pemeriksaan Otomikroskopi, timpanometri, OAE, BERA, ASSR, dan FFT pada saat tahap hearing aid trial. Pelayanan tahap pembedahan dilakukan di instalasi bedah pusat berupa tindakan mastoidektomi beserta insersi implan dan NRI. Pelayanan pasca operasi dilakukan di Deparemen THT-KL berupa perawatan pasca operasi di ruang rawat inap terpadu dan poroses habilitasi berupa mapping dan AVT di unit rawat jalan terpadu.

Operasi implantasi koklea dilakukan dalam pembiusan umum (pasien ditidurkan). Saat operasi, pada pasien akan dilakukan monitoring fungsi saraf fasialis (saraf wajah) untuk meminimalkan risiko kelumpuhan otot wajah (komplikasi). Pada implantasi satu sisi (unilateral), tindakan operasi dilakukan selama 1,5 hingga 2 jam. Pada implantasi dua sisi telinga (bilateral) dilakukan secara simultan (bersamaan) dengan durasi operasi 3,5 hingga 4 jam. Luka operasi pada implantasi koklea cukup kecil, berkisar 3-4 cm dan terletak di belakang daun telinga.

Pasca operasi, pasien akan dirawat 1 malam, dan selanjutnya dipulangkan dengan pengobatan yang diminum di rumah. Pasien tidak memerlukan pengangkatan jahitan luka operasi. Pengaktifan implan dilakukan pada minggu ke-2 hingga ke-3 setelah operasi.

Selanjutnya pasien secara rutin akan menjalani habilitasi / rehabilitasi melalui terapi audio-verbal (Audio-Verbal Therapy / AVT) dan mapping secara berkala sesuai jadwal yang diberikan hingga tercapai kemampuan mendengar dengan implan dan wicara.

Pelayanan Implantasi Koklea di RSCM dimulai sejak tahun 2009. Namun saat itu jumlah pasien masih sangat sedikit (kurang dari 10 pasien). Sejak diterapkannya sistem BPJS pada tahun 2015, jumlah pasien Implan Koklea meningkat tajam. Jumlah tindakan Implantasi Koklea di RSCM dapat dilihat pada grafik berikut:

        

Jumlah tindakan implantasi koklea di RSCM sejak tahun 2009 adalah sebanyak 80 pasien. Pasien-pasien tersebut ada yang dilakukan implantasi unilateral (satu telinga) dan ada yang dilakukan bilateral (2 telinga). Pada grafik di atas dapat dilihat adanya peningkatan tajam jumlah pasien implan koklea pada tahun 2015 (32 pasien). Hal ini disebabkan mulai diterapkannya sistem BPJS Kesehatan sehingga tindakan operasi implantasi koklea sepenuhnya ditanggung. Selain melakukan tindakan operasi implantasi koklea, Tim Implan Koklea juga secara rutin melakukan acara gathering dengan pasien implan koklea dan komunitasi gangguan pendengaran. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran komunitas dan masyarakat awam mengenai pentingnya pendengaran dan berbagai alternatif untuk rehabilitasi fungsi pendengaran. Selain itu, acara ini juga bertujuan sebagai sarana berbagi antara pasien pasca Implantasi Koklea dan anak-anak dengan tuli kongenital.

Fasilitas Ruang Operasi Poliklinik

Pelayanan Implantasi Koklea di RSCM dimulai sejak tahun 2009. Namun saat itu jumlah pasien masih sangat sedikit (kurang dari 10 pasien). Sejak diterapkannya sistem BPJS pada tahun 2015, jumlah pasien Implan Koklea meningkat tajam. Jumlah tindakan Implantasi Koklea di RSCM dapat dilihat pada grafik berikut:

        

Jumlah tindakan implantasi koklea di RSCM sejak tahun 2009 adalah sebanyak 80 pasien. Pasien-pasien tersebut ada yang dilakukan implantasi unilateral (satu telinga) dan ada yang dilakukan bilateral (2 telinga). Pada grafik di atas dapat dilihat adanya peningkatan tajam jumlah pasien implan koklea pada tahun 2015 (32 pasien). Hal ini disebabkan mulai diterapkannya sistem BPJS Kesehatan sehingga tindakan operasi implantasi koklea sepenuhnya ditanggung. Selain melakukan tindakan operasi implantasi koklea, Tim Implan Koklea juga secara rutin melakukan acara gathering dengan pasien implan koklea dan komunitasi gangguan pendengaran. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran komunitas dan masyarakat awam mengenai pentingnya pendengaran dan berbagai alternatif untuk rehabilitasi fungsi pendengaran. Selain itu, acara ini juga bertujuan sebagai sarana berbagi antara pasien pasca Implantasi Koklea dan anak-anak dengan tuli kongenital.

PUBLIKASI STAF MEDIK DEPARTEMEN THT

  1. Profile of Nasopharyngeal Carcinoma in Dr. Cipto Mangunkusumo National Hospital, 2010. Vito F. Jayalie, Maria S. Paramitha, Jessica, Cindy A. Liu, Adhitya S. Ramadianto, Trimartani, Marlinda Adham (eJKI, 2017)
  2. Epstein-Barr Virus mRNA Profiles and Viral DNA Methylation Status in Nasopharyngeal Brushings from Nasopharyngeal Carcinoma Patients Reflect Tumor Origin. Octavia Ramayanti, Hedy Juwana, Sandra A.M.W. Verkuijlen, Marlinda Adham, Michiel D. Pegtel, Astrid E. Greijer, Jaap M. Middeldorp (International Journal of Cancer, 2017)
  3. Effectiveness of A Multicentre Nasopharyngeal Carcinoma Awareness Programme in Indonesia. Renske Fles, Sagung R Indrasari, Camelia Herdini, Santi Martini, Atoillah Isfandiari, Achmad C Romdhoni, Marlinda Adham, Ika D Mayangsari, Erik van Werkhoven, Maarten A.Wildeman, Bambang Hariwiyanto, Bambang Hermani, Widodo A Kentjono, Sofia M Haryana, Marjanka K Schmidt, I Bing Tan (BMJ Open, 2016)
  4. Rad51 Expression in Nasopharyngeal Carcinoma and Its Association with Tumor Reduction: A Preliminary Study in Indonesia. Dian Cahyanti, Lisnawati Rachmadi, Vally Wulani, Marlinda Adham (Iranian Journal of Pathology, 2016)
  5. Combination of Bronchoscopic Cryoextraction and Argon Plasma Coagulation in Treatment of Total Central Airway Obstruction Caused by Giant Blood Clot Formation in Massive Airway Bleeding. Eric Daniel Tenda, Abraham Yakub, Ceva Wicaksono Pitoyo, Fauziah Fardizza (Elsevier: Respiratory Medicine Case Report, 2016)
  6. The Role of Human Papillomavirus in Advanced Laryngeal Squamous Cell Carcinoma. Fauziah Fardizza, Bambang Hermani, Susyana Tamin (JURNAL ORLI, 2016)
  7. Gambaran Disfagia Pada Anak dan Karakteristiknya. Indah Trisnawaty, Elvie Zulka, Susyana Tamin (JURNAL ORLI, 2016)
  8. Penggunaan Terkini Oksimetazolin pada Praktik Klinik Sehari-Hari dan Rekomendasi Kelompok Studi Rinologi Indonesia. Retno Sulistyo Wardani, Azmi Mir’ah Zakiah, Yoan Levia Magdi, Dolly Irfandy, Anna Mailasari Kusuma Dewi, Budi Sutikno, Sarwastuti Hendradewi, Sinta Sari Ratunanda, Delfitri Munir (JURNAL ORLI, 2016)
  9. Perubahan Kualitas Hidup, Eosinofil Mukosa Hidung, dan Interleukin-5 Serum Pasien Rinitis Alergi Pasca Terapi. Arinda Putri Pitarini, Nina Irawati, Niken Lestari Poerbonegoro, Dewi Wulandari, Saptawati Badarsono (JURNAL ORLI, 2015)
  10. Kajian Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Skor Nasalance pada Pasien Celah Palatum. Duhita Yassi, Dini Widiarni, Tri Juda Airlangga, Lestaria Aryanti, Muchtarudin Mansyur (JURNAL ORLI, 2015)
  11. Modified Transnasal Endoscopic Medial Maxillectomy with Inferior Turbinate Flap for Dentigerous Cyst. Retno Sulistyo Wardani, Michael Lekatompessy, Brent Anthony Senior (JURNAL ORLI, 2015)
  12. Peran Blok Servikal Superfisialis pada Timpanomastoidektomi dalam Anestesia Umum. Pryambodho, Ruth Evlin Margaretha, Aida Rosita Tantri, Harim Priyono (JURNAL ORLI, 2015)
  13. Pengaruh Latihan Brandt Daroff dan Modifikasi Manuver Epley pada Vertigo Posisi Paroksismal Jinak. Widjajalaksmi Kusumaningsih, Andy Ardhana Mamahit, Jenny Bashiruddin, Widayat Alviandi, Retno Asti Werdhani (JURNAL ORLI, 2015)
  14. Fibrin Glue and Demineralized Bone Matrix Effect on Autologus Cartilage Graft in Microtia Reconstruction. Dini Widiarni Widodo, Jenny Bashiruddin, Helmi, Alida Harahap, Nurjati Chairani Siregar (JURNAL ORLI, 2015)
  15. Rinoplasti pada Kelainan Hidung Kongenital. Trimartani, Novra Widayanti (JURNAL ORLI, 2015)

Jejaring Rumah Sakit Mitra Departemen THT ada 2 Yaitu:

  1. RS Fatmawati = www.Fatmawatihospital.com.
  2. RS Persahabatan = www.rsuppersahabatan.co.id

Kegiatan Ilmiah Waktu Pelaksanaan
Temporal Bone Dissection: Cochlear Implant Course 18 - 20 Mei 2017
   

 

Hubungi Kami di Hotline RSCM 1500135 atau melalui Tanya Info Implant Cochlear

Share :         

Copyrights 2017 All Rights Reserved by RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.